Hukum Belajar Tafsir Tanpa Mengerti Tajwid

dev hore
Ditulis oleh :
6

Kita pasti tak jarang mendengar pengajian dan ta'lim yang diadakan baik itu di masjid komplek, masjid perkantoran, ataupun di berbagai mushola yang membahas serta menyerukan dengan lantang tanpa basa-basi mengenai Islam. Beragam pengajaran tersebut pasti membahas semua ajaran yang berkaitan dengan agama Islam. Mulai dari tauhid, fiqih, hadits hingga tafsir.

Sebenarnya kaum muslim harus mengapresiasi hal ini, sebab itu semua bisa dikatakan sebagai kemajuan dakwah Islam. Para da'i begitu hebatnya hingga bisa menjadikan semua jama'ah yang ikut serta bahkan betah serta mampu mengamati dan selalu coba memahami dengan seksama dalam mengikuti pengajian, baik itu dengan menambahkan sedikit humor ataupun dengan retorika yang luar biasa.

Namun sayangnya, Tak jarang kelihaian retorika serta gaya penampilan orang yang menyampaikan tidak diimbangi oleh pemahaman. Hal ini disebabkan karena keterbatasan penguasaan para da'i terhadap materi yang menggunakan bahasa Arab. 

Tak sedikit dari mereka yang asal mengambil pemahaman dari berbagai buku terjemahan. Oleh sebab itu, hasilnya menjadi sedikit janggal pada saat para da'i dan ustad tersebut dengan fasih menyampaikan berbagai materi, namun terkesan kurang percaya diri pada saat mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist.

Akibatnya, telinga para jama'ah malah terbiasa mendengarkan potongan terjemahan dari ayat Al-Qur'an ataupun terjemahan dari sebuah hadis yang bukan lantunan ayat Al-Qur'an. Sejatinya kita akan mendapatkan pahala dalam Al-Qur'an itu apabila dibaca, bukankah ditulis apalagi diterjemahkan. 

Bukan hanya itu, terdapat hal yang lebih aneh pada saat materi pengajian itu ternyata adalah tafsir Al-Qur'an. 

Apakah pantas apabila ada seseorang yang mengajarkan pacar Al-Qur'an, tetapi ternyata Ia tidak mampu membaca Al-Qur'an dengan Tartil yang sesuai aturan ilmu tajwid? 

Meskipun banyak materi tafsir Alquran yang tersebar dalam versi terjemahan di zaman sekarang ini.

Hal tersebut dapat mengingatkan kita mengenai sejarah lama dari kaum orientalis yang pada saat itu mempelajari kandungan dan isi Al-Qur'an tanpa membaca Al-Qur'an itu sendiri. 

Tujuan mereka mempelajari Al-Qur'an hanyalah untuk menghinakan agama Islam. 

Mengenai hal ini, maka muncullah pertanyaan, apakah boleh membaca Al-Qur'an tanpa memahami ilmu tajwid? 

Dan apa hukum mengajarkan atau belajar tafsir Al-Qur'an tanpa mengerti ilmu tajwid?

Hukum membaca Al-Qur'an dengan menguasai tajwid adalah fardhu ain.  Hal itu berarti siapapun yang ingin membacanya Al-Qur'an wajib baginya membaca sesuai aturan serta memahami ilmu tajwid.

Baik itu perempuan ataupun laki-laki, ustad, ahli tafsir, ilmuwan maupun fisikawan, ahli hadis, selama dia orang muslim maka harus menguasai tajwid ketika membaca Al-Qur'an. 

Itu berarti seseorang tidak boleh membaca Al-Qur'an dengan asal tanpa mengetahui dan memahami ilmu tajwid secara tepat. 

Hal itu pasti akan mempengaruhi arti dari setiap kata yang ada di dalam Al-Qur'an

Sungguh berdosa orang yang membaca Al-Qur'an dengan mengabaikan serta tanpa mempedulikan ilmu tajwid. 

Kemudian pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana dengan seseorang yang membahas atau belajar tafsir Al-Qur'an tetapi tidak mengerti ilmu tajwid? 

Sebenarnya hukum belajar tafsir Al-Qur'an tanpa mengerti tajwid itu sah-sah saja dengan syarat ia tanpa membaca Al-Qur'an. 

Tetapi kontaknya disini bagaimana mungkin, seseorang membahas atau mempelajari tafsir Al-Qur'an  dengan tanpa membaca Al-Qur'an itu sendiri.

Jikalau terdapat seseorang yang seperti demikian, Maka hal itu sungguh tidak sopan.

Demikianlah hukum seseorang yang ingin belajar tafsir namun tanpa mengerti ilmu tajwid. Semoga bermanfaat!

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Artikel bagus bisa nambah ilmu tajwidnya, tetap semangat gan

    BalasHapus
  2. Artikel bagus bisa nambah ilmu tajwidnya, tetap semangat gan

    BalasHapus
  3. Gan mau nanya, gimana itu hukumnya yang menjadikan bacaan Al-quran sebagai pengantar tidur.
    Misal yg diputar sebenarnya adalah ayat yang memperingatkan kematian dan siksa neraka yang harusnya sifat kita adalah takut malah senang mendengar karena bawaan orang yang mengajinya tanpa ia mengetahui makna sebenarnya di Ayat Al-quran itu?
    Jadi Ibaratnya seolah-olah kagum bukan karena isi kandungan, melainkan kagum oleh suara pembacanya?

    Btw kunjungi blog ane gan sesama newbie juga asumsipribadi.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik gan saya akan jawab di artikel selanjutnya..

      Hapus
Posting Komentar
3/related/default